Cersex Mama – Narasi Dewasa Terkini Acara pesta Sex Perawan – Narasi seks, narasi dewasa, narasi ngentot terkini 2022, narasi perawan, narasi acara pesta sex. Dengan cara ragu saya dekati ruangan dosen di mana Pak Hr ada.
“Winda…”, sesuatu suara terbuktigil.
“Hei Ratna!”.
“Ngapain kau mencarinya dosen killer itu?”, Ratna itu menanyakan bingung.
“Tahu nih, saya ingin meminta ujian susulan, sudah 2x saya meminta ditunda terus, mengapa ya?”.
“Aduh jahat sekali!”.
“Karena itu, saya takut nantinya di rapor merah, mata kuliah dianya kan penting!, tauk nih, bentar ya saya masuk dahulu!”.
“He-eh dech, sampai kelak!” Ratna berakhir.
Dengan membulatkan tekad saya mengetok pintu.
“Masuk…!”, Sesuatu suara yang sangat ditakuti menyilakannya masuk.
“Selamat siang pak!”.
“Selamat siang, kalian siapa?”, tanyanya tanpa tinggalkan tugas yang ditanganinya.
“Saya Winda…!”.
“Saya..? Oh, yang ingin meminta ujian kembali itu ya?”.
“Iya betul pak.”
“Saya tidak ada waktu, nantinya hari Mminggu saja kalian tiba ke rumah saya, ini kartu nama saya”, Ucapnya acuh tidak acuh sekalian memberikan kartu namanya.
“Ada?” bertanya dosen tersebut.
“Tidak pak, selamat siang!”
“Selamat siang!”.
Narasi Dewasa Terkini 2022 Acara pesta Sex Perawan
Narasi Dewasa Terkini Acara pesta Sex Perawan
Bacaan Seks Ngentot Dengan lemas saya bergerak keluar ruang tersebut. Kecewa sekali rasanya, sudah belajar sampai tengah malam, sampai di sini wajib balik lagi hari Minggu, huh!
Kemungkinan cuma akulah yang hari Minggu masih tetap berjalan sekalian mengusung tas akan kuliah. Ini hari saya wajib penuhi ujian susulan di dalam rumah Pak Hr, dosen berengsek tersebut.
Rumah Pak Hr berada pada sebuah perumahan elite, di atas sesuatu bukit, cukup jauh dari beberapa rumah yang lain. Belum memijit Bel pintu sudah terbuka, Seraut muka yang sudah mulai tua tapi masih tetap fresh ada.
“Ehh…! Winda, mari masuk!”, sapa orang itu yang tidak lain ialah pak Hr sendiri.
“Izin pak! Bunda mana?”, tanyaku berbasa-basi.
“Ibu sedang pergi dengan beberapa anak ke rumah neneknya!”, sahut pak Hr ramah.
“Sesaat ya…”, ucapnya kembali sekalian masuk ke ruang.
Tumben tidak sepeti umumnya saat menuntun di kelas, dosen ini terkenal paling killer.
Rumah Pak Hr teratur rapi. Dinding kamar tamunya bercat putih. Di faktor ruang ada seperangkatan almari kaca temapat disimpan barang-barang hiasan porselin. Di tengah-tengahnya ada bentangan permadani dengan bulu, dan bangku sofa kelas satu.
“Bagaimana sudah siap?”, bertanya pak Hr mengagetkan saya dari lamunannya.
“Eh sudah pak!”
“Sebenarnya…, sebenarnya Winda tidak perlu meng ikuti kembali susulan kalau…, kalau…!”
“Jika apa pak?”, saya menanyakan tidak memahami. Belum habis bicaranya, Pak Hr sudah menukurang baik badanku.
“Pak…, apa-apaan ini?”, tanyaku terkejut sekalian meronta coba melepas diri.
“Jangan bersandiwara Winda sayang, saya memerlukannya dan kau memerlukan kualitas bukan, kau akan kululuskan asal ingin layani saya!”, sahut lelaki itu sekalian berusaha menciumi bibirku.
Serempak Bulu kudukku berdiri. Geli, jijik…, tapi detah darimanakah sumbernya hati keinginan menggelora serangku lagi. Ingin rasanya biarkan lelaki tua ini berlaku seenaknya atas diriku. Wajib kuakui bisa dibuktikan, mesikipun dianya lebih pantas menjadi bapakku, tapi sebenarnya lelaki tua ini seringkali membuatku berdebar jika sedang mengajarkan. Tetapi saya masih tetap berusaha meronta-ronta, untuk meningkatkan harga diriku di mata Pak Hr.
“Lepaskan…, Pak jangan hhmmpppff…!”, kata-kataku tidak terberakhirkan karena keburu bibirku mampet mulut pak Hr.
Saya meronta dan sukses melepas diri. Saya bangun dan berlari menghindari. Tapi entahlah kenapa saya malah berlari masuk ke dalam sesuatu ruang tidur. Kurapatkan badanku di faktor ruang sekalian atur lagi napasku yang tersengal-sengal, entahlah kenapa birahiku sebegitu cepat naik. Semua mukaku berasa panas, ke-2 kakikupun berasa gemetaran.
Pak Hr seperti dikasih kesempatan emas. Dia berjalan masuk kamar dan mengamankan pintunya. Lantas dengan perlahan-lahan dia dekatiku. Badanku tergetar hebat pada saat lelaki tua itu ulurkan tangannya untuk merangkul diriku. Dengan sekali ambil saya jatuh ke dekapan Pak Hr, bibirku selekasnya mampet bibir lelaki tua tersebut. Berasa lidahnya yang kasap bermain sapu mutlak dalam mulutku. Hatiku bersatu aduk menjadi satu, tidak suka, jijik bersatu dengan rasa ingin dicumbui yang tetap kuat sampai pada akhirnya aku juga merasa sudah kepalang basah, hati kecilku menginginkannya. Terpikir olehku saat saya dicumbui semacam itu oleh Aldy, entahlah sedang di mana dianya sekarang ini. saya tidak menampik kembali. bahkan juga sekarang ini justru membalasnya secara hangat.
Merasa mendapatkan angin sekarang ini tangan Pak Hr bahkan juga semakin berani menelusup dibalik blouse yang saya gunakan, tidak stop di situ, terus menelup ke kembali beha yang saya gunakan.
Jantungku berdegap kuat saat tangan lelaki itu meremas-remas gundukan daging kenyal yang berada di dadaku dengan gaungs. Berasa betul, telapak tangannya yang kasap di atas buah dadaku, ditingkahi jari-jarinya yang nakal memainkan puting susuku. Gaungs sekali kelihatannya ia. Tangannya lama-lama semakin kasar bergerak dalam dadaku ke kiri dan ke kanan.
Sehabis senang, dengan tidak sabaran tangannya mulai menanggalkan baju yang saya gunakan satu per satu sampai bertebaran di lantai. Sampai pada akhirnya saya cuma menggunakan selembar G-string saja. Segera juga Pak Hr menanggalkan kaos oblong dan sarungnya. Di belakangnya menyembul tangkai penis lelaki itu yang sudah menegang, sebesar lengan Bayi.
Tidak berasa saya menjerit takut, saya belum menyaksikan alat penting lelaki sebesar tersebut. Saya sedikit takut. Dapat jebol punyaku dimasuki benda tersebut. Tapi saya tidak dapat sembunyikan ketakjubanku. Seakan ada daya tarik tertentu sampai pandangan mataku terus tertuju ke benda tersebut. Pak Hr berjalan dekatiku, tangannya raih kunciran rambutku dan hebatnya sampai ikatannya lepas dan rambutku bebas terurai sampai ke punggung.
“Kau Elok sekali Winda…”, gumam pak Hr kagum pada kecantikanku.
Saya cuma tersenyum tersipu-sipu dengar sanjungan tersebut.
Secara halus Pak Hr menggerakkan badanku sampai terduduk di tepi kasur. Lantas dia hebat G-string, kain terkini yang tutupi badanku dan dibuangnya ke lantai. Sekarang ini kami berdua sudah telanjang bundar. Tanpa melepas ke-2 iris kakiku, bahkan juga dengan gaungs dia mementangkan ke-2 iris pahaku lebar-lebar. Matanya sangat nanar melihat wilayah di lebih kurang selangkanganku. Napas lelaki itu begitu mengincar.
Selang beberapa saat Pak memasukkan kepalanya di sana. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh gairah di lebih kurang kemaluanku yang tertutup rambut lebat tersebut. Saya pejamkan mata, oohh, cantiknya, saya benar-benar menikmatinya, hingga-sampai badanku dibuat menggeliat-gelinjang kegelian.
“Pak…!”, rintihku memelas.
“Pak…, saya tidak kuat lagi…!”, saya memelas sekalian menggigit bibir. Benar-benar saya tidak kuat kembali mengalamai siksaan birahi yang dilancarkan Pak Hr. Tapi ternyata lelaki tua itu tidak perduli, bahkan juga berbahagia menyaksikan saya pada kondisi begitu. Ini berkesan dari pergerakan tangannya yang sekarang ini bahkan juga terjulur ke atas meremas-remas payudaraku, tapi tidak mengakhiri kerjakanannya. Walau sebenarnya saya sudah kerepotan dan sudah benar-benar basah kuyup.
“Paakk…, aakkhh…!”, saya mengeluh keras, kakinya menjepit kepala Pak Hr melepaskan penderitaan birahiku, kujambak rambut Pak Hr keras-keras. Sekarang ini saya tidak perduli kembali jika lelaki itu ialah dosen yang saya hargai. Benar-benar mahir lelaki ini menghidupkan nafsuku. saya percaya dengan gairahnya yang sebesar itu dianya tentu benar-benar eksper dalam faktor ini, bahkan juga memungkinkan sudah beberapa puluh alias beberapa ratus mahasiswi yang sudah dijamahnya. Tetapi apa peduliku?
Mendadak Pak Hr melepas diri, lantas dia berdiri di depanku yang masih tetap terduduk di pinggir tempat tidur dengan tahapan bawah perutnya sama persis ada di depan mukaku. saya sudah tahu apakah yang dianya ingin, tapi tanpa sebelumnya sempat melakukan sendiri, tangannya sudah raih kepalaku untuk dibawa dekati kejantanannya yang aduh mak.., Benar-benar besar tersebut.
Tanpa menantang benar-benar saya buka mulut dengan lebar-lebarnya, Lantas kukulum sekaligus alat penting Pak Hr ke mulutku sampai membuat lelaki itu terbuka merem kenikmatan. Benda itu cuma masuk tahapan kepala dan sedikit batangnya saja ke mulutku. Itu juga sudah berasa penuh. Saya nyaris sesak napas dibikinnya. Aku juga berusaha keras, mengisap, mengulum dan permainkan tangkai itu masuk keluar ke mulutku. Berasa betul kepala itu tergetar hebat setiap lidahku sapu kepalanya.
Sekian hari selanjutnya Pak Hr melepas diri, dia menggeletakkan saya pada tempat tidur dan susul tiduran di sisiku, kaki kiriku diangkat disilangkan di pinggangnya. Lantas Dia berusaha masuk badanku belakang. Saat itu juga kepala penis Pak Hr yang lebih besar itu menggesek clitoris di lubang senggamaku sampai saya mendesah kepuasan. Dia terus berusaha mengutamakan kepunyaannya ke punyaku yang bisa dibuktikan sudah benar-benar basah. Pelahan-lahan benda itu melaju masuk ke punyaku.
Dan saat secara kasar dianya mendadak mengutamakan kepunyaannya semuanya tenggelam ke diriku saya tidak sanggup mengendalikan diri tidak untuk mem*kik. Hati hebat bersatu sedikit pedih kuasai diriku, sampai tubuhku melafalkanng beberapa menit.
Pak Hr cukup memahami kondisi diriku, saat dianya usai masuk semuanya dianya memberikan kesempatan padaku untuk kuasai diri sekian hari. Saat sebelum selanjutnya dianya mulai menggoyahkan pinggulnya perlahan-lahan selanjutnya lama-lama semakin cepat.
Saya benar-benar tidak sanggup tidak untuk mendesah tiap Pak Hr gerakkan badannya, gesekan untuk gesekan pada dinding dalam lubang senggamaku benar-benar membuatku lupa daya ingat. Pak Hr meniduri saya dengan panduan tersebut. Sementara bibirnya tidak hentinya melumat bibir, tengkuk dan leherku, tangannya teratur meremas-remas payudaraku. Saya dapat rasakan puting susuku mulai mengeras, lancip dan kaku.
Saya dapat menyaksikan bagaimana tangkai penis lelaki itu masuk keluar ke lubang kemaluanku. Saya teratur meredam napas saat benda itu menyerang ke. Punyaku nyaris tidak dapat memuat ukuran Pak Hr yang super itu, dan ini semakin membuat Pak Hr terpikat.
Tidak sampai di sana, beberapa saat selanjutnya Pak Hr membalik badanku sampai menungging di hadapannya. Dia ingin gunakan doggy model ternyata. Tangan lelaki itu sekarang ini lebih bebas meremas-remas ke-2 iris payudara saya yang sekarang ini menggantung berat ke bawah. Sebagai seorang wanita saya memiliki ketahanan alami dalam bersetubuh. Tetapi bahkan juga sekarang ini saya kerepotan hadapi Pak Hr. Lelaki itu sangat hebat tenaganya. Hampir 1/2 jam dia bersi kokoh. Saya yang sekarang ini duduk mengangkangi badannya nyaris kekurangan napas.
Kupacu terus goyangan pinggulku, karena saya merasa sesaat lagi saya akan mendapatkannya. Terus…, terus…, saya tidak perduli kembali dengan pergerakanku yang beringas atau suaraku yang terkadang mem*kik meredam rasa hebat tersebut. Dan saat klimaks itu sampai, saya tidak perduli lagi…, saya mem*kik keras sekalian menjambak rambutnya. Dunia terasanya berputar-putar. Sekujur badanku melafalkanng. Benar-benar hebat rasa yang kurasakan ini hari. Benar-benar ironi bisa dibuktikan, saya mendapat kepuasan semacam ini tidak dengan orang yang saya gemari. Tetapi saat bodohlah.
Berulang-kali kuusap keringat yang membasahi dahiku. Pak Hr selanjutnya ambil lagi ide. sekarang ini giliran Pak Hr yang menindihi badanku. Dia memicu keras untuk capai klimaks. Desah napasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sedangkan goyangan pinggulnya juga terus cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur badannya dan badanku. Sementara kami terus berlomba. Benar-benar hebat lelaki ini. Mesikipun sudah berumur tetapi masih tetap bersi kokoh begitu lama. Bahkan juga menaklukkan semua cowok-cowok yang sebelumnya sempat tidur denganku, mesikipun mereka rerata seumuran denganku.
Tapi sekian hari selanjutnya, Pak Hr mulai menggeram sekalian mengeretakkan giginya. Badan lelaki tua itu tergetar hebat di atas badanku. Penisnya menyembur cairan kental yang hangat ke lubang kemaluanku dengan derasnya.
Sekian hari selanjutnya, pelan-pelan kami memisah diri. Kami terbujur kecapekan di kasur tersebut. Napasku yang tinggal satu-persatu bersatu dengan bunyi napasnya yang berat. Kami masing-masing termenung kumpulkan tenaga kami yang sudah tercerai berai.
Saya sendiri terpejam sekalian coba rasakan kepuasan yang barusan saya alami di sekujur badanku ini. Berasa betul ada cairan kental yang hangat pelan-pelan melaju masuk ke lubang vaginaku. Hangat dan sedikit gatal mengelitik.
Sisi bawah badanku itu berasa sangat banjir, basah kuyub. Saya gerakkan tanganku untuk mengusap bibir bawahku itu dan tanganku lantas disanggupi cairan kental warna putih susu yang berlepotan di situ.
“Bukan bermain Winda, kenyataannya kau juga seperti kuda liar!” kata Pak Hr penuh kepuasan. Saya yang tiduran menelungkup di kasur cuma tersenyum kurang kuat. saya sangat kecapekan, kupejamkan mataku untuk sesaat istirahat. Bedebah dengan badanku yang masih tetap telanjang bundar.
Pak Hr selanjutnya bangun berdiri, dia menyulut sebatang rokok. Lantas lelaki tua itu mulai kenakan lagi bajunya. Aku juga dengan malas bangun dan kumpulkan bajunya yang berantakan di lantai.
Sekalian kenakan pakaian dia menanyakan, “Bagaimana dengan ujian saya pak?”.
“Pekan kedepan kalian dapat ambil hasilnya”, sahut lelaki itu pendek.
“Mengapa tidak esok pagi saja?”, protes saya tidak senang.
“Saya masih tetap ingin bertemu kamu, saat lagi satu minggu ini saya meminta agar kau tidak tidur sama lelaki lain terkecuali saya!”, jawab Pak Hr.
Saya sedikit kaget dengan jawabnya tersebut. Tetapi aku juga selekasnya dapat kuasai keadaanku. Ternyata dianya belum senang dengan servis mati-matianku baru saja.
“Saya tidak dapat janji!”, sahutku semaunya sekalian bangun berdiri dan keluar kamar cari kamar mandi. Pak Hr cuma mampu terbengong dengar jawabanku yang semaunya tersebut.
Saya sedang berjalan rileks tinggalkan rumah pak Hr, ini pertemuanku yang ke-3 dengan lelaki itu untuk membayar kualitas ujianku yang teratur anjlok jika ujian sama dia. Mungkin justru menyengaja dibuat anjlok agar dianya dapat bermain denganku. Dasar…, tapi wajib kuakui, dianya lelaki luar biasa, daya tahannya benar-benar hebat jika dibanding umurnya yang hapir capai umur pensiun tersebut. Bahkan juga dari pagi sampai sore ini hari dianya masih tetap mampu mengolahku 3x, sekali di ruangan tengah demikian saya tiba, dan 2x di ruang tidur. Saya sebelumnya sempat lelap sesudahnya beberapa saat saat sebelum bersihkan diri dan pulang. Berutung ini hari, saya dapat memaksakan tanda-tangani arsip ujian susulanku.
“Masih tetap ada mata kuliah Pengangkut Berorganisasi dan Kepimpinan”, ucapnya sekalian membubuhkan kualitas A di arsip ujianku.
“Sepanjang bapak masih tetap dapat memberikan kualitas A”, kataku pendek.
“Cepatlah mendaftarkan, kuliah akan diawali pekan kedepan!”.
“Terima kasih pak!” kataku sekalian tak lupa memberbagi senyuman semanis mungkin.
“Winda!” pekikan seorang mengagetkan lamunanku. Saya melihat ke sumber suara barusan yang saya prediksikan asal dari dalam mobil yang berjalan perlahan-lahan mendekatiku. Seorang buka pintu mobil itu, muka yang saya tidak suka muncul dari kembali pintu Mitsubishi Galant keluaran tahun terkini tersebut.
“Masuk Winda…”.
“Tidak, terima kasih. Saya dapat jalan sendiri koq!”, Saya masih tetap coba menampik secara lembut.
“Ayolah, saat kau sampai hati menampik ajakanku, walau sebenarnya dengan pak Hr saja kau ingin!”.
Saya terheran sebentar, Seperti disikat petir pada siang berlubang.
“Da…,Darimanakah kau tahu?”.
“Nach, menjadi betul kan…, walau sebenarnya saya barusan cuma menduga-duga!”
“Sialan!”, Saya mencaci-maki dalam hati, kewajiban barusan saya berlaku semakin tenang, saya bisa dibuktikan teratur gugup jika bertemu cowok satu ini, maunya pengin cepat-cepat pergi dari hadapannya dan tidak mau menyaksikan wajahnya yang bisa dibuktikan horor tersebut.
Seperti tipikal orang Indonesia tahapan wilayah paling timur, cowok ini hitam tinggi besar dengan bentuk sedikit gendut, janggut dan cambang yang tidak sebelumnya sempat dibereskan rambut keritingnya yang dipiara panjang ditambahkan triknya menggunakan baju yang tidak sebelumnya sempat dikancingkan betul menjadi memperlihatkan dadanya yang penuh bulu. Dengan accessories kalung, gelang dan cincin emas, jam tangan rolex yang dihias berlian…, cukup memperlihatkan jika dianya ini orang yang bisa dibuktikan punyai uang. Tapi, saya jadi benci dengan performa semacam itu.
Dino bisa dibuktikan salah satunya juara di universitas, anak buahnya cukup banyak dan dengan kemampuan uang dan style juara semacam itu membuat dianya menjadi satu diantara momok yang paling mengerikan di lingkungan universitas. Dianya itu mahasiswa lama, dan mungkin bahkan juga tidak sebelumnya sempat lulus, tapi tidak ada orang yang berani mengganggu kehadirannya di kamus, bahkan juga dari kelompok akademis sekalinya.
“Bagaimana? Masih tetap tidak ingin masuk?”, bertanya dianya 1/2 mendesak.
Saya terheran sebentar, belum ingin masuk. Saya bisa dibuktikan benar-benar tidak menyenangi lelaki ini, Tapi keliatannya saya tidak punyai pilihan lain, bisa jadi semuanya orang tahu apakah yang kulakukan dengan pak Hr, dan saya benar-benar ingin jaga rahasia ini, terutama pada Erwin, tunanganku. Tapi sekarang ini saya betul-betul tertekan dan ingin selekasnya biarkan masalah ini berakhir dariku. Karena itu tanpa berpikir panjang saya menyetujui saja ajakannya.
Dino ketawa penuh kemenangan, dia lantas berbicara sama orang yang ada di sampingnya agar beralih ke jok belakang. Saya membanting bokongku ke bangku mobil depan, dan pemuda itu langsung menancap gas. Sekalian nyengir kuda. Kebahagiaan.
“Ke mana kita?”, tanyaku cemplang.
“Lho? Harusnya saya yang wajib bertanya, kau ingin ke mana?”, bertanya Dino berpura-pura bingung.
“Telahlah Dino, tak perlu bersandiwara kembali, kau ingin apa?”, Suaraku sudah sebegitu pasrahnya. Saya sudah tidak ingin berpikiran panjang kembali untuk minta dianya menutupi kerjakananku. Orang yang duduk di belakangku ketawa.
“Ternyata dianya cukup memahami apa tekadmu Dino!”, Dianya memberi komentar.
“Ah, diam kau Maki!” Ternyata orang itu namanya Maki, orang dengan performa nyaris serupa dengan Dino terkecuali rambutnya yang dipotong crew-cut.
“Bagaimana jika ke rumahku saja? Saya benar-benar rindukanmu Winda!”, pancing Dino.
“Sesukamulah…!”, Saya mengetahui benar bisa dibuktikan itu yang diharapnya.
Dino ketawa penuh kemenangan.
Dia molorikan mobilnya semakin kuat ke sesuatu sulit perumahan. Lantas mobil yang ditumpangi mereka masuk pelataran sesuatu rumah yang cukup besar. Di pelataran itu sudah ada 2 biji mobil lain, satu Mitsubishi Pajero dan satu kembali Toyota Great Corolla tapi ke-2 nya terlihat diparkirkan sekenanya tidak teratur.
Interior depan rumah itu simpel saja. Hanya satu stel sofa, sesuatu rack perlengkapan pecah iris. Tidak lebih. Dindingnya polos. Demikian pula tempok ruangan tengah. Berasa betapa luas dan kosongnya ruang tengah itu, walaupun sesuatu bar dengan rack minuman beragam jenis ada di faktor ruang, menghadap ke taman samping. Sesuatu stereo set dipasang di ujung bar. Nampaknya barusan dimatikan terburu-buru. Pitanya beberapa bergantung keluar.
Dari pintu samping selanjutnya muncul 4 orang pemuda dan seorang gadis, yang pasti masih tetap kenakan seragam SMU. Mereka keluarkan suara 1/2 berbisik. Ke-4 orang lelaki itu, 3 orang kelihatannya satu suku dengan Dino alias sebangsanya, dan yang satu kembali seperti bule dengan rambutnya yang gondrong. Sementara sang gadis berpostur tinggi langsing, berkulit putih dan rambutnya yang hitam lempeng dan panjang terurai sampai ke pinggang, dia menggunakan bandana lebar di kepalanya dengan poni tebal tutupi dahinya. Mukanya yang oval dan bermata sipit mengisyaratkan jika dia turunan Cina alias sebangsanya. Wajib kuakui dianya bisa dibuktikan elok, seperti aktris sinetron Mandarin. Tidak sama dengan performa ke-3 lelaki itu, gadis ini keliatannya bukan ialah segerombolan mereka, disaksikan dari gantenggnya yang masih tetap polos. Dia masih tetap berseragam sesuatu sekolah Katolik yang bisa langsung saya ketahui karena bisa dibuktikan ciri khas. Tapi entahlah kenapa dianya dapat bersahabat dengan beberapa orang ini.
Dino bertepuk tangan. Selanjutnya tawarkan diriku mereka. Yos, dan Bram seperti tipikal orang sebangsa Dino, Tito memiliki badan tambun dan yang bule namanya Marchell, sedangkan gadis SMU itu namanya Shelly. Mereka semuanya yang lelaki melihat diriku mata “lapar” membuat saya tanpa sadar silangkan tangan di muka dadaku, seakan-akan mereka dapat menyaksikan badanku dibalik baju yang saya gunakan ini.
Terlihat tidak sabaran Dino hebat diriku ke loteng. Langsung ke arah sesuatu kamar yang berada di ujung. Kamar itu tidak berdaun pintu, sebenarnya lebih pas disebutkan ruangan penyangga di antara teras dengan kamar-kamar lainnya Karena di salah satunya ujungnya ialah pintu tembusan ke ruangan lain.
Di situ ada sesuatu kasur yang terbentang demikian saja di lantai kamar. Dengan sprei yang sudah berantakan. Di faktor ada 2 buah bangku sofa besar dan sesuatu meja kaca yang imut. Di bawahnya berantakan majalah-majalah yang cover depannya saja dapat membuat orang bergidik. Berpose wanita-perempuan telanjang.
Saya sadar bahkan juga benar-benar sadar, apa yang diinginkan Dino di dalam kamar ini. Saya bergerak ke jendela. Tutup gordynnya sampai ruang itu terlihat sedikit gelap. Tapi sesaat, karena selanjutnya Dino menghidupkan lampu. Saya berputar-putar membelakangi Dino, dan memulai menanggalkan baju yang saya gunakan. Dari blouse, selanjutnya rok bawahanku kubiarkan melaju bebas ke mata kakiku. Selanjutnya saya putar kembali tubuhku kembali menghadap Dino.
Begitu kagetnya saya saat saya kembali, kenyataannya di hadapanku sekarang ini bukan hanya ada Dino, tapi Maki sedang berdiri di sana sekalian cengengesan. Dengan pergerakan reflek, saya menyikat blouseku untuk tutupi badanku yang 1/2 telanjang. Menyaksikan keterkejutanku, ke-2 lelaki itu justru ketawa terpingkal-pingkal.
“Ayolah Winda, Toh kamu sudah seringkali memberikan badan telanjangmu pada sejumlah lelaki lain?”.
“Tidak kurang ajar kau Dino!” Saya mencaci-maki sekenanya.
Muka lelaki itu berbeda saat itu juga, dari ketawa terpingkal-pingkal jadi serius, benar-benar serius. Dengan pandangan yang tajam dianya berkata, “Apa kamu punyai pilihan lain? Ayolah, kerjakan saja dan sesudah usai kami bisa lupakan peristiwa ini.”
Saya terheran, layani 2 orang sekalian belum saya kerjakan sebelumnya. Apalagi beberapa orang yang bertampang horor semacam ini. Tetapi sama seperti yang dianya katakan, saya tidak punyai pilihan lain. Seribu satu pemikiran kacau di kepalaku sampai membuat saya pusing. Badanku tanpa sadar sampai gemetar, berasa sekali lututku lemas kelihatannya saya sudah kekurangan tenaga karena digilir mereka berdua, walau sebenarnya mereka benar-benar belum memulainya.
Pada akhirnya, dengan berat saya gerakkan ke-2 tangan ke punggungku di mana saya dapat raih hubungan BH yang saya gunakan. Pakaian tadi saya gunakan untuk tutupi tahapan badanku sendirinya jatuh ke lantai. Dengan sekali sentakan lembut BH-ku sudah lepas dan melaju bebas dan saat sebelum jatuh ke lantai kulemparkan benda itu ke Dino yang selanjutnya diamankannya terampil. Dia mencium tahapan dalam mangkok bra-ku dengan penuh hati.
“Wangi!”, ucapnya.
Lantas dia seperti mencari suatu hal dari benda itu, dan saat ditemukan dia stop.
“36B!”, ucapnya pendek.
Ternyata dia ingin tahu berapakah ukuran dadaku ini.
“BH-nya saja sudah sebegitu wangi, apalagi didalamnya!”, ucapnya sambil memberbagi BH itu pada Maki menjadi lelaki itu ikutan menciumi benda tersebut. Tapi begitu mata mereka tidak sebelumnya sempat lepas melihat belahan payudaraku yang sekarang ini belum tertutup apapun kembali.
Saya sekarang ini cuma berdiri menunggu, dan tanpa disuruh Dino mengambil langkah dekatiku. Dia raih kepalaku. Tangannya raih kunciran rambut dan melepasnya sampai rambutku sekarang ini terurai bebas sampai ke punggung.
“Nach, dengan ini kau terlihat lebih elok!”
Dia terus berjalan melingkari badanku dan merengkuhku dari belakang. Dia sibakkan rambutku dan mengalihkannya di depan melalui bahu samping kiriku, menjadi tahapan punggung sampai ke tengkukku bebas tanpa penghambat. Lantas dia jatuhkan kecupannya ke tengkuk belakangku. Lidahnya menelusuri di lebih kurang leher, tengkuk selanjutnya naik ke kuping dan mengelitik di situ. Ke-2 iris tangannya yang kekar dan dengan bulu tadi merengkuh pinggangku sekarang ini mulai merayap naik dan memulai meremas-remas ke-2 iris payudaraku dengan gaungs. Saya masih tetap menanggapinya dengan dingin tidak bereaksi benar-benar bukan hanya pejamkan mataku.
Dino ternyata tidak demikian sukai saya berlaku pasif, secara kasar dia hebat mukaku sampai bibirnya dapat melumat bibirku. Saya cuma diam diri saja tidak memberbagi reaksi. Sekalian melumat, lidahnya mencari dan berusaha masuk ke mulutku, dan saat sukses lidahnya bergerak bebas menjilat-jilati lidahku sampai dengan tidak menyengaja lidahkupun meronta-ronta.
Sekalian pejamkan mata saya berusaha untuk nikmati hati itu dengan utuh. Tidak ada fungsinya saya menampik, faktor itu akan membuatku lebih menanggung derita . Dengan kuluman lidah semacam itu, ditingkahi remasan-remasan telapak tangannya di payudaraku sekalian sesekali bunda jemari dan telunjuknya memilin-milin puting susuku, pertahananku pada akhirnya jebol . Bisa dibuktikan, saya sudah benar-benar terlatih dan benar-benar terlena dengan permaian semacam ini sampai secara gampangnya Dino mulai menghidupkan gairahku. Bahkan juga sekarang ini saya mulai memberanikan gerakkan tangan meremas kepala Dino yang ada di belakangku. Sementara dengan ekor mataku saya menyaksikan Maki bergerak berjalan ke arah sofa dan duduk di situ, sekalian pandangan matanya tidak sebelumnya sempat terlepas dari kami berdua.
Mungkin karena menganggap sudah kuasai diriku, kecupan Dino terus menjalar turun ke leherku, mengisapnya sampai saya menggeliat. Lantas melorot kembali menelusup dibalik ketiak dan merayap di depan sampai pada akhirnya hinggap di salah satunya puncak bukit di dadaku, Dengan 1 remasan yang gaungs sampai membuat puting susuku melesat Dino untuk mengulumnya. Pertama lidahnya pas sapu pentilnya, lantas bergerak melingkari semua wilayah puting susuku saat sebelum mulutnya mengenyot habis puting susuku tersebut. Dia mengisapnya dengan gaungs sampai pipinya kempot.
Badanku dengan mendadak seperti disengat listips, berasa geli yang hebat bersatu sedikit ngilu di tahapan tersebut. Saya menggeliat, melenguh apalagi saat puting susuku digigit-gigit perlahan-lahan oleh Dino. Buah anggur yang ranum itu dimainkan juga dengan lidah Dino yang kasap. Dipilin-pilinnya ke sana kesini. Dikecupinya, dan dihisapnya kuat-kuat sampai putingnya melekat pada telaknya. Saya mendesah. Tanganku refleks meremas dan hebat kepalanya menjadi terus membenam di ke-2 gunung kembarku yang putih dan padat. Saya benar-benar tidak paham kenapa wajib demikian pasrah pada lelaki tersebut. Kenapa saya justeru terbenam dalam permaianan itu? Sebelumnya saya cuma merasa mau tak mau untuk tutupi rahasia atas kerjakananku. Tetapi selanjutnya kenyataannya, permainan yang Dino mainkan demikian dalam. Dan aneh sekali, Tanpa sadar saya mulai meng ikuti permainan yang dipegang berkilau oleh Dino.
“Winda…”, “Ya?”, “Kau sukai saya perlakukan semacam ini?”. Saya cuma menggangguk. Dan pejamkan matanya. biarkan payudaraku terus diremas-remas dan puting susunya dipilin perlahan-lahan. Saya menggelinjang, rasakan nikmat yang hebat. Puting susu yang imut itu cuma sesaat saja sudah berbeda membesar, keras dan muncul terus lancip.
“Hsss…, ah!”, Saya mendesah saat rasakan jari-jari tangan lelaki itu mulai menyelusup ke kembali celana dalamku dan merayap cari lubang yang berada di selangkanganku. Dan saat temukannya Jari-jari tangan itu sebelumnya menyeka-usap permukaan atasnya, terus menyeka-usap dan saat sudah berasa basah jarinya mulai merayap masuk untuk selanjutnya sentuh dinding-dinding dalam lubang tersebut.
Dalam posisi masih tetap berdiri bertemu, sekalian terus mencumbui payudaraku, Dino melanjutkan laganya dalam lubang gelap yang sudah basah tersebut. Lama-lama semakin dalam. Saya sendiri terus menggeliat tidak karuan, ke-2 buah jemari yang terdapat dalam lubang vaginaku itu bergerak dengan liar. Bahkan juga terkadang coba renggangkan lubang vaginaku sampai menganga. Dan yang membuat saya tambah edan, dia menggerakkan jarinya masuk keluar ke lubang vaginaku seakan-akan sedang meniduriku. Saya tidak sanggup untuk mengendalikan diri.
“Nggghh…!”, mulutku mulai meracau.
Saya benar-benar kerepotan dibikinnya sampai lututku berasa lemas sampai pada akhirnya aku juga tidak sanggup meredam badanku sampai melorot bertimpuh di lantai. Saya berusaha untuk atur napasku yang tersengal-sengal. Saya benar-benar tidak memerhatikan kembali yang kutahu sekarang ini mendadak saja Dino sudah berdiri telanjang bundar di hadapanku. Badannya yang lebih tinggi besar, hitam dan penuh bulu itu dengan arogannya berdiri mengangkang sama persis di depanku menjadi mukaku sama persis menghadap ke tahapan selangkangannya. Disana, saya menyaksikan tangkai kejantanannya sudah berdiri dengan tegaknya. Besar panjang kehitaman dengan bulu hitam yang lebat di wilayah pangkalnya.
Dengan sekali peluk, dia raih kepalaku untuk diambil dekati wilayah di bawah perutnya tersebut. Saya tahu apakah yang dimauinya, bahkan juga benar-benar tahu ini ialah kerjakanan yang dicintai beberapa lelaki. Di mana saat saya lakukan oral sex pada kelaminnya.
Karena itu, dengan kepalang basah, kulakukan apa yang wajib kulakukan. Benda itu sudah masuk ke mulutku dan jadi permainan lidahku yang berputar-putar mengelilingi ujung kepalanya yang seperti sesuatu topi baja tersebut. Lantas stop saat temukan sela yang ada sama persis di ujungnya. Lantas dengan semua performku saya mulai mengelomoh tangkai itu sekalian terkadang mengisapnya kuat-kuat menjadi pemiliknya tergetar hebat meredam rasa yang tidak tertahan.
Di saat itu saya sebelumnya sempat melihat ke sofa di mana Maki ada, dan kenyataannya lelaki ini sudah mulai terikut gairah melihat kerjakanan kami berdua. Faktanya, dia sudah keluarkan tangkai kejantanannya dan mengocaknya turun naik sekalian berulang-kali menelan ludah. Fokusku bubar saat Dino hebat kepalaku sampai menjauhi selangkangannya. Dia lantas hebat badanku sampai terlentang di kasur yang terbentang di sana. Lantas secara cepat dia menanggalkan celana dalamku dan dibuangnya jauh seakan-akan dia takut saya akan menggunakannya lagi.
Untuk beberapa menit mata Dino nanar melihat tahapan bawah badanku yang sudah belum tertutup apapun kembali. Sang Makipun sampai berdiri merapat ke kami berdua seolah dia tidak senang melihat kami dari terlalu jauh.
Tapi beberapa menit selanjutnya, Dino mulai renggangkan ke-2 iris pahaku lebar-lebar. Paha kiriku diangkatnya dan dikaitkan ke bahunya. Lantas dengan tangannya yang samping kembali memegang tangkai kejantanannya dan diseka-usapkan ke atas bibir vaginaku yang sudah benar-benar basah. Ada rasa geli serang di sana sampai saya menggeliat dan pejamkan mata.
Sedetik selanjutnya, saya rasakan ada benda lonjong yang mulai menyodok ke lubang vaginaku. Saya meredam napas saat berasa ada benda asing mulai menyodok di sana. Sebagaimana umumnya, saya tidak sanggup untuk meredam jeritanku di saat pertama kalinya ada kejantanan lelaki menyodok masuk ke lubang vaginaku.
Dengan perlahan-lahan tapi tentu, kejantanan Dino melaju masuk terus dalam. Dan saat sudah masuk separuhnya dia bahkan juga masukkan bekasnya dengan 1 sentakan kasar sampai saya sangat berteriak karena berasa ngilu. Dan sehabis itu, tanpa memberikan kesempatan untuk melatih diri dahulu, Dino sudah bergoyang cari kepuasannya sendiri.
Dino menggerakkan pinggulnya dengan kuat dan kasar menusuk-hunjam ke badanku sampai saya mem*kik keras setiap kejantanan Dino membentak ke. Pedih dan nyeri. Tapi bersatu nikmat yang tidak terhitung. Ada kesan aneh yang baru pertama kalinya kurasakan di mana di antara rasa nyeri itu saya rasakan rasa nikmat yang tidak terhitung. Tapi saya pun tidak dapat kuasai diriku kembali sampai saya sampai menangis menggelora, sakit keluhku setiap Dino menusuk, tetapi saya terus memperkuat dekapanku, Pedih, tetapi saya pun tidak siap Dino mengakhiri tindakannya pada diriku.
Saya terus mendesah. Air mataku menetes keluar. kami terus bergelut dalam posisi begitu. Sampai mendadak ada rasa nikmat yang hebat di sekujur badanku. Saya sudah orgasme. Ya, orgasme bersama sama orang yang saya tidak suka. Badanku melafalkanng saat lagi sejumlah puluh detik. Saat sebelum melemas. Tapi Dino ternyata belumlah usai. Dia sekarang ini mengubah badanku sampai sekarang ini saya bertopang pada ke-2 telapak tangan dan ke-2 lututku. Dia ingin meneruskannya dengan doggy model. Saya cuma pasrah saja.
Sekarang dia meniduriku dari belakang. Tangannya sekarang ini dengan bebas beralih-pindah dari pinggang, meremas bokong dan meremas payudaraku yang menggelantung berat ke bawah. Sekarang ini Dino bahkan juga lebih memperhebat gempurannya. Dia dapat dengan bebas menggoyahkan badannya secara cepat dan terus kasar.
Di saat itu tanpa berasa, Maki sudah duduk mengangkang di depanku. Lelaki ini sudah telanjang bundar. Dia memberikan tangkai penisnya ke mulutku, tangannya raih kepalaku dan dengan 1/2 memaksakan dia menjejali tangkai kejantanannya itu ke mulutku.
Sekarang saya layani 2 orang sekalian. Dino yang meniduriku dari belakang. Dan Maki yang memaksakanku lakukan oral sex pada dianya. Dino terkadang justru menyorongkan kepalanya di depan untuk nikmati payudaraku. Saya mengeluh perlahan setiap dia mengisap puting susuku. Dengan 2 orang yang mengerubutku saya benar-benar kerepotan sampai tidak dapat melakukan perbuatan apapun. Malah saya merasa benar-benar terangsang dengan posisi semacam ini.
Mereka meniduriku dari 2 arah, yang satu akan mengakibatkan penis dalam tubuh mereka yang ada di arah yang lain terus menusuk. Terkadang saya nyaris terselak. Maki yang nampaknya memahami kesusahanku mengalah dan cuma diam saja. Dino yang atur semua pergerakan.
Pelan-pelan kepuasan yang tidak terlukiskan menyebar di sekujur badanku. Hati tidak memiliki daya waktu bermain sex kenyataannya mengdampakkan diriku membumbung di luar batasan yang sebelumnya sempat kuperkirakan sebelumnya. Dan kembali badanku melafalkanng, deras dan tiada henti. Saya alami orgasme yang tiba secara berurut seperti tidak berketelahan.
Selang beberapa saat Dino alami orgasme. Tangkai penisnya menyemprot air mani dengan deras ke lubang vaginaku. Benda itu menyentak-nyentak dengan luar biasa, seakan-akan ingin membobol dinding vaginaku. Saya dapat rasakan air mani yang disemprotnya cukup banyak sekali, sampai beberapa melimpah keluar menetes di salah satunya pahaku. Kemudian mereka ganti tempat. Maki menggantikan tindakan Dino. Masih tetap dalam posisi doggy model. Tangkai kejantanannya dengan mulus melaju masuk ke sekali sampai sentuh bibir rahimku. Dia dapat gampang melakukan karena bisa dibuktikan lubang vaginaku sudah benar-benar licin diolesi cairan yang keluar dalamnya dan sudah bersatu sama air mani Dino yang cukup banyak. Permainan diteruskan. Saya sekarang ini tinggal layani Maki seorang, karena Dino dengan napas yang terengah-engah sudah duduk terlentang di sofa tadi ditempati Maki untuk kumpulkan tenaga. Saya mengeluhkan singkat setiap Maki menggerakkan masuk kepunyaannya. Maki terus memicu gerakkannya. Terus lama terus keras dan kasar sampai membuat saya mendesah dan mengerang tidak berketelahan.
Di saat itu masuk Bram dan Tito bersama ke ruang. Tanpa basa-basi, mereka lantas menanggalkan bajunya sampai telanjang bundar. Lantas mereka duduk di lantai dan menyaksikan episode cabul yang terjadi di antara saya dan Maki. Bram terlihat terlihat tidak sabaran Tapi saya sudah tidak perduli kembali. Maki terus memicu menggelora. Lelaki itu repot memicu sekalian meremasi payudaraku yang menggelantung berat ke bawah.